Halaman

Jumat, 04 Maret 2011

Tembok Cairo



Arrghhh….!!! Yahrib betak! Anj***! Set**!... hosh.. hosh.. nafasku pun mulai naik turun, setelah puas menumpahkan sumpah serapah serta menyebutkan seluruh isi kebun binatang, tak terasa aku sampai di sutuh (lantai atap apatermen) aku tak sadar terus melangkahkan langkah kakiku hingga sampai sini.. heyy ngapain kamu kesini gumamku dalam hati, ah biarlah sudah terlanjur juga, biar bisa ku lampiaskan semua kekesalanku kepada orang mesir.. dalam hatiku mumpung gak ada orang aku bisa memaki dan meluapkan seluruh isi dongkol hati yang merubah wajah tampanku ini tak terlihat indah, apa sih mesir ini katanya kiblat ilmu, mana??? Buktinya orang-orangnya banyak yang penipu, Cuma bisa ngomong, kampungan, gak tau antri, gak sopan, apa tuh su’un azhar! kerjaannya ngesayy (minum teh) sambil rokokan habis itu ngobrol pada jam kerja ehh tanpa rasa berdosa setelah kita antri 3 jam di depan dia bilang seenaknya “bukroh!”
emang bisa itu orang di bilang punya hati?? Huff kenapaaa juga dulu aku gak ke Mekkah mungkin sekarang aku sudah di samping Ka’bah sambil berdo’a tersenyum.. mana orang-orang sini suka kencing sembarangan di tembok-tembok jalan lagi! sekilas aku menatap tembok yang memagari sutuh ku lihat tembok yang berdebu nampak tua dan usang jarang terjamah oleh sentuhan tangan manusia, entah dari mana terbesit parasaan ingin memaki, menghina tembok itu karena nasibnya yang menurutku sangat malang. Hai tembok mesir emang enak jadi tembok?? liat tuh nasib tembok cuma di kencingin, kadang di tendang-tendang, kena debu-debu gurun, kena asep bus, emang enak!! Hahaha sambil ku lirik tembok yang kelihatan tua dan pucat itu ku tepuk ujungnya seakan aku menepuk kepalanya sambil tertawa mengejek, ehm..ehm.. tiba-tiba terdengar suara dehem yang tak jauh dari tempat ku berdiri, aku sedikit terkejut dan menengok ke kanan kiri untuk memastikan siapakah yang datang, tapi aku tak melihat apapun, huff paling cuma perasaanku saja gumamku dalam hati.
Lalu aku kembali menatap kearah bumi cairo yang di hiasi menara-menara tinggi yang seakan bersolek dengan lampu-lampu yang cantik, seindah langit cairo yang berhiaskan bintang-bintang dan bulan serta bergaun kabut khas timur tengah, sangat persis seperti film-film aladin yang sering menggambarkan suasana timur tengah yang terlihat indah di malam hari, ohh ya aku baru sadar sekarang sudah mulai masuk musim dingin, fiuuuhh angin khas musim dingin cairo pun mulai berhembus, otak ku yang tadinya panas karena kesal dengan orang mesir pun makin lama mulai dingin aku mulai duduk meringkuk karena dingin, aku sendiri pun bingung kenapa aku enggan turun masuk kamar dan sembunyi di balik selimut dari serangan angin musim dingin yang menusuk tulang? aku lebih memilih meringkuk di sini, aku berpikir mungkin aku belum puas memuntahkan dongkolku di sini yahh aku memang belum puas!! Tapi.. zzzz dingin yang berwujud angin ini memaksaku untuk terus meringkuk, terlintas dalam benak ku ahh mungkin ini hanya karena sugesti dalam otakku yang selalu mendoktrin angin musim dingin tu dingin!! Aku coba bangun untuk melawan kata hatiku, kulepaskan jaket usangku yang sudah seminggu tak kucuci, ku lepaskan satu persatu kancing kemejaku hingga terbuka setengah badanku yang kering kerontang gagah dengan tato cap pondok yang masih tersisa, lalu kubentangkan tanganku dan kubiarkan angin terus berhembus di dadaku aku ingin bersatu dengan alam, bersatu dengan dingin sehingga aku tak akan merasa kedinginan lagi ku hirup udara yang melintasi seluruh permukaan kulitku
yahh!! Mungkin aku bisa menemukan sesuatu.. tak lama kemudian taukah apa yang terjadi!! Ternyata aku makin kedinginan hzhzhzhzhz kututup semua kancing bajuku dan cepat-cepat ku ambil jaket ku dan kembali meringkuk di balik tembok yang tua dan usang itu,huff tobat dehh akan kulupakan teori bodohku tadi ,yang bener tuh kalo kedinginan ya pake jaket! Sialan nih angin mesir, enakan juga di Indo hawanya enak!! Pokoknya malam ini aku mau nyalahin semua karena mesir!! Ehm..ehm.. tiba-tiba terdengar lagi dehem dan terdengar lebih jelas dan dekat, tapi tak ada siapapun! Glek, bulu kuduk ku mulai berdiri jangan-jangan ada hantu mesir ngamuk hiii.. ya wala’! terdengar lagi suara yang sangat dekat aku kebingungan celingukan tengok kanan kiri heyy siapa yang berbicara?? Ku perhatikan tembok yang tua itu dengan lekat “aiwa enta ya bni!” hah! ternyata suara itu berasal dari tembok itu aku kaget tercengang, kucubit pipiku berharap ini cuma mimipi, heyy tembok benarkah kamu yang bicara?? Iya ini aku, ada masalah apa nak?? Duduklah di sini ceritakan semua padaku kata tembok itu, aku hanya bisa tercengang diam menurut dan masih berharap semua ini hanya mimpi, nama kamu siapa nak? Tanya tembok itu. raka lengkapnya prakasa jawabku sambil gugup, “ehh?? Brakasa??” kata tembok itu, aiwa jawabku singkat, sang tembok mulai bicara macam kakek yang mulai menasehati cucunya, kamu mengingatkanku dengan Nur faidh prakasa, kamu kenalkan?
emm Yang dari Indonesia itu kan?? Pengarang kitab fathul bahril ulum yang 11 mujallad itu kan? Tanyaku memastikan, iya benar raka kata tembok, knp? Tanyaku penasaran, dia dulu juga tinggal di apatermen ini sama denganmu raka, imaroh tol’at jawab tembok, dia dulu juga sering mengeluh waktu jadi mahasiswa seperti kamu, cuma bedanya dia tidak sampai menyebutkan isi kebun binatang, hehe aku tersenyum malu, aku mulai bertanya, ammu tembok pasti kesal jugakan di takdirkan di mesir? harapku dapat dukungan, bangga jawab tembok justru aku sangat bangga bisa melindungi para pelajar yang mulia dari sengat matahari dan tusukan angin musim dingin ini, loh.. tapi kan ammu tembok sering di kencingi, gak dihargai, gak terurus dsb. Sahutku mendebat, hemm seakan tembok tersenyum bijak nak aku sangat bangga bisa tertanam di bagian bumi ini yang telah menyaksikan secara langsung mukizat di zaman Musa as., Menjadi saksi atas perjuangan para sahabat nabi saw. Dalam menyebarkan syi’ar Islam, Dan menjadi perantara imam Syafi’I untuk berpijak melangkahkan kakinya meyebarkan berbagai macam ilmu di sini, aku bangga nak..bisa tertanam di bumi ini dan sekarang aku bisa menyaksikan kalian bertempur melawan muqoror, aku tak peduli semua kejelekan yang menimpaku karena di setiap tempat pasti akan ada keburukan-keburukan yang menimpa, itu semua untuk melatih mental kita menjadi mental kuat bukan sekedar mental “full” atau “gubnah”, dan juga itu semua tak sebanding dengan kebanggaanku berada di sini.
Aku hanya terdiam malu melihat betapa kokoh dan bijaknya tembok cairo ini menghadapi semua tantangan, aku teringat betapa berharapnya aku dulu untuk menyentuh bangku Azhar dan berapa banyak anugrah yang tak pernah kusyukuri bahkan tak kuhiraukan, hanya umpatankah yang kuucapkan sebagai rasa syukur?? tak sengaja tanganku mengusap pipiku terasa ada tetesan air, ahh ternyata masih ada juga setetes air mata di kelopak mata orang brengsek macam aku ini, bibirku mulai senyum aku sadar bahwa aku harus sadar, dan mulai menjalani hidupku menerima apa adanya, dan mensyukuri setiap anugrah yang kuterima “terima kasih tembok Cairo”  

 By: Nur faidh prakoso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar